Baru seperempat perjalanan kulalui
Ceceran darah lukamu masih terbaca
Meski samar, luka yang kutorehkan
Dalamnya (mungkin) dapat kurasakan
Berawal dari kisah yang berdendang
Lagu-lagu yang mengalun nan syahdu
Dengan irama gambarkan keceriaan
Waktu yang berputar iringi petualangan
Dari rindangnya pepohonan jalan
Hingga remang kamar penginapan
Dibawah panasnya terik sang surya
Dan sejuknya keremangan lampu kamar
Kuurai setiap keindahan dengan kata
Merangkai setiap syair dengan bunga
Luapan rasaku membungkam logika
Bahkan norma terhisap oleh lupa
Di pertengahan hari cerita berganti
Karena pilihan menjejakkan kaki
Di persimpangan yang tak pasti
Walau kupahat setiap obsesi
Hari ini,
Aku masih mengenangmu, meski aku yakin kau (harus) lupakan luka
Aku masih mengingatmu, meski aku tahu kau (simpan) dendam lama
Dan esok akan menjadi hari ini karena kemarin adalah masa yang tersisa
Kutanyakan pada malam setiap tetesan darah
Yang kutemukan hanya kegelapan
Kujawab pertanyaan siang atas lukamu
Silaunya cahaya membutakan mataku
Dalam gelap dan kebutaan
Samar-samar kudengar kelembutan jiwa
Bahwa hasrat membelenggu raga
Hanya dengan sebuah pertautan rasa
Kau tetap di jalanmu dengan luka yang terlupa
Tanpa (harus) menoleh pada nostalgia
Sempat kusentuh dengan bingkai ragu
Langkahmu tetap terus melaju...
...Tanpa tangis
...Tanpa tawa
...Tanpa bayangan
...Tanpa khayalan
Kau awali kembali sebuah perjalanan
Bertolak dari titik-titik keyakinan
Menapaki serpihan asa yang berserakan
...dan aku luruh dalam ikatan kenangan
Kamis, 19 Juni 2008
AKU MENGENANGMU, SAAT KAU LUPAKAN AKU
Diposting oleh Tedi Yusnanda N di 10.37 0 komentar
Sabtu, 14 Juni 2008
TIGA PULUH EMPAT TAHUN
34 tahun terlewati
telah kuhisap setiap kenyataan
meski tak semua tertelan
bahkan ada yang terbuang
dari duka penuh luka
hingga suka bertahta bahagia
dengan tangis yang meratap
dan tawa yang mengembara
ketika embun mulai tiba
hingga cahaya meredupi senja
34 tahun terlewati
berbagai sisi tlah kuhinggapi
dengan nalar, logika bahkan hasrat
bersama jiwa yang terlepas
mengukir waktu dengan kisah
memahat sukma dengan kata
34 tahun terlewati
pertautan jiwa dan realita
tanpa janji, bukan bukti
namun bungkam sunyi
ranah mimpi yang kugelar
tak terpungut semua
hanya sejumput ambisi tertata norma
34 tahun terlewati
bingkai kecewa terpajang
bernuansa cita
bahwa esok mungkin masih berharga
entah kecupan atau raungan
dengan harga yang tak terhingga
34 tahun terlewati
hanya ingkar yang disesali
karena pilihan selalu harga mati
yang menjebak setiap langkah kaki
meski selalu aku mencoba untuk terus berlari
34 tahun terlewati
dengan nafas yang tersisa
kutelanjangi malam dan kusetubuhi siang
demi sebuah petualangan panjang
menuju keabadian yang kekal
34 tahun yang terlewati
...adalah sebuah awalan...
Diposting oleh Tedi Yusnanda N di 18.09 0 komentar