Selasa, 27 Januari 2009

UTUH!

samar bayang menampakkan wajahnya
seolah enggan untuk terekam pesona
mungkin karena aku terlalu percaya
atau bahkan aku sudah merasa kecewa

mendengar suara lengkingan yang panjang
meskipun merayu dengan mendayu senang
mata batin tertanam di nadir kebimbangan
atau meraba jejak yang seakan hilang

matahari masih bersinar
rembulan masih purnama
bintang masih berbinar
angin masih berhembus
daun masih hijau
pepohonan masih rindang
tanaman masih berbunga
...dan semua masih sempurna

Kamis, 22 Januari 2009

BANGUN PAGI

cerah pagi menghentikan mimpi
yang kucuri dari lelapnya tidurmu
hingga kebisingan menemani lagi

seruput teh hangat di antara senyum
membilas kesenjangan rutinitas
dan hidup kembali bersatu padu

deru kendaraan di atas jalanan
desir angin...
kicau burung...

//...nyata...//

Jumat, 16 Januari 2009

AKU JATUH CINTA...MUNGKIN ATAU SEMOGA?

sebentuk tubuh melebur dalam pasungan
mengikatnya dengan nadi yang bergetar
ketika hujan turun dan tanah tergenang
menghapus setiap jejak yang terhampar

pandanganku mengekor di belakang bayang
menguapkan makna yang berhamburan
tanpa kata dan upaya hanya bermodalkan do'a
semoga kau bisa melihatnya dengan terbuka

percikan hujan membasuh belukar nalar
di tengah belantara rasa yang mengada
dingin yang merambat dinding ratapan
terbakar panasnya sebuah harapan

aku mungkin jatuh cinta...semoga

Senin, 05 Januari 2009

5 JANUARI SETAHUN YANG LALU

tepat hari ini setahun yang lalu, blogs ini mulai kuhidupkan dari kematiannya. Hingga detik ini aku sendiri tak paham untuk apa kubangkitkan. Yang kurasakan hanya ada tempat di mana kutemukan kebebasan, meski kupanen juga cacian

...biar saja, aku hanya ingat pada ungkapan Gus Mus:

“….. Ketika menulis, saya tidak berpikir apakah tulisan saya akan diterbitkan atau tidak; ketika akan diterbitkan pun, saya tidak berpikir apakah ada yang mau membaca atau tidak. Bahkan saya tidak berpikir apakah tulisan saya pantas atau tidak disebut puisi. Biar semua itu orang yang memikirkannya. Tugas saya hanya menuliskan apa yang ingin saya tulis”.

Thanks Gus Mus, meskipun aku tak kenal dan beliau pasti tak mengenalku juga, ungkapan itu terus menjadi sebuah pemicu buatku untuk menuliskan apa saja yang melompat dari nalarku yang menggerayang binal setiap lekuk-lekuk seksi realitas.

Dan buat kawan-kawan yang kukenal, tak lupa aku ucapkan juga terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya hingga aku bisa bertahan hingga detik ini. thanks.


Wassalam,


T Y N

PAHITNYA HARI INI

di pucuk mimpi kita bertemu
antara perempatan harap yang bercabang
tak ada yang bicara karena nalar yang bertualang
menjelajahi kata-kata yang tak terungkap

bersimbah airmata sudah pinggiran jalan
menggenang dan memaksa arah pada tujuan
dari kegelapan pandangan mencoba menarasikan
agar pemahaman tetap bisa terucap

bolehkah kutinggalkan secangkir kopi pahit pagi ini?
sebagai tanda kepahitan yang kuterima hari ini

SEBENARNYA SIAPA SIH MEREKA INI?

Siapa mereka?
Yang memajang senyum di sepanjang jalan
Yang mengumbar janji di sudut-sudut taman

Siapa mereka?
Yang merasa diri mewakili rakyat
Yang berpolah bagai malaikat

Siapa mereka?
Yang merasa paling demokratis
Yang mengaku kaum reformis

Lalu siapa mereka sebenarnya?