Kamis, 28 Agustus 2008

BERTANYA PADA TUHAN

tuhan, mengapa kau lahirkan aku di negeri ini
yang penuh dengan kepalsuan dan kedengkian

tuhan, mengapa kau ciptakan negeri ini
dengan pemimpin yang bodoh dan rakus

tuhan, mengapa kau biarkan aku di negeri ini
terjerembab tanpa melawan tinggal terpendam

tuhan, aku sudah tak mampu lagi untuk bertanya
maafkan aku...

Sabtu, 23 Agustus 2008

POLAH KATA

bisik
membisik
lalu dibisiki

caci
dicaci
tinggal mencaci

hapus
dihapus
hanya menghapuskan

cinta
dicintai
lupa mencintai

benci
dibenci
selalu membenci

aku
diakui
haruskah mengakui?

BUNGA PERSEMBAHAN

kupersembahkan bunga ini untukmu
yang telah memaknai hariku dengan cinta
meski sesaat tak perlu ada rasa penat
karena makna lebih dari sekedar hasrat

kupersembahkan bunga ini untukmu
yang telah memapah langkahku dengan sayang
meski jalanan tak semua tertapaki
karena kehidupan tak harus denganku

terima kasih yang tak terucap
tak berarti lupa yang mengangkanginya
karena yang tersisa mencoba untuk merangkai
hasrat yang tersesalkan

cukup untuk saat ini,
karena semua tak harus kembali
kupersembahkan bunga ini untukmu
melukai keangkuhanku pada dirimu

PELUH KEHIDUPAN

turuni lembah yang landai
mencoba jajaki hidup dengan tatapan
pada mekarnya bunga yang berkembang
memilin setiap jemari menyatukan impian

kutemukan onggokan tubuh
diantara sampah yang tercecer
dengan geliat musik pesta kemarahan
hingar bingar tulikan perasaan

pelacur berjalan diterangi kegelapan
diiringi denting gelas dan aroma arak
wajah sang pemuja mengulum senja
menyetubuhi waktu cukup dengan nafsu

tetesan rejeki mengalir diantara rerumputan
aroma lendir mengakhiri kenikmatan
pekik yang menggema mengalun surut
menyisakan kesumpekan yang menggumpal

peluh...
hanya..peluh
menggelinding dan berpolah
ah...peluh
kau temani aku disetiap kesempatan
dalam kehidupan yang tak terpikirkan
memang...peluh
kau tak perlu merasa berdosa
karena kau kenyataan ternilaikan

BIARKANLAH

aku tak perlu tubuhmu
biarkan aku selami dalamnya hatimu

aku tak perlu sentuhanmu
biarkan aku telusuri hangatnya bibirmu

aku tak perlu hasratmu
biarkan kepasrahan menghujat akalku

dan biarkan aku tenggelam
agar kekecewaan membunuhku

Jumat, 15 Agustus 2008

PARTAI POLITIK NEGERI INI

wahai partai politik,
tak beda dengan itik
yang berjajar sambil berisik

wahai partai politik,
janjimu memang basi
hanya kumpulan mimpi

wahai partai politik,
aku sudah muak
melihat tampang keparat

wahai partai politik,
surga bagi para pendusta
sampai mulut penuh busa

wahai partai politik,
kupikir memang tak ada guna
hanya rangkaian tipu daya

wahai partai politik,
ehm....ehm....ehm
tak perlu lagi bicara

Senin, 11 Agustus 2008

MENGGENAPKAN KEYAKINAN

genap sudah setiap keganjilan
kuserap setiap fakta dengan logika
dari kabut hingga asap yang bernyawa

dinginnya malam kugenggam
panasnya siang kucengkeram
kehidupan masih terbentang memendar

tanah yang kupijak dan langit yang menaungi
dengan nazar terpahat dinding hati
keyakinan demi keyakinan menghampiri

kutetapkan pada jalan yang terlewat
menapaki kembali setiap persimpangan
yang mungkin menyesatkan hasrat

kubersimpuh
kubersujud
kuberdo'a
kubermunajat

...demi sebuah ampunan

YANG TAK KUMENGERTI

kumainkan setiap bidak
dengan gaya yang kusuka
meski langkah tak ada yang mudah
berjingkrak terkadang menjebak

selamatkan sang raja!
korbankan yang ada!
jangan sampai menyerah
sebelum semua berdarah

menebar senyum sang raja
dengan langkah yang anggun
tanpa malu bergeser satu-satu
saksikan punggawa yang berjibaku

benar-benar tak kumengerti

Jumat, 08 Agustus 2008

WAHAI WAKTU

tolong bangkitkan aku
dari terpuruknya masa lalu
yang merantai tubuh
membedah jengkalan ruh

tolong terbangkan aku
hindari datangnya hari
yang terus melingkari
mencerna setiap jejak kaki

tolong benamkan aku
jika memang kau anggap perlu

tolong aku
bantu aku
lalu bunuh aku

wahai waktu

INGATAN (FROM ONJUKU TO PANGANDARAN)

debur ombak menanti kesaksian
pada malam panjang yang bersemayam
diantara ribuan pantai yang tergelar

kala kau disisiku,
nyanyian angin mendesir, mencumbu setiap kata
pasir yang mengotori telapak kakimu, enggan lepas
tak beda dengan aku

sinar rembulan legakan perasaan
dalam rindangnya bintang gemintang
merona langit yang terhampar

kala aku disisimu,
serpihan karang berserak, memagari hasrat
begitupun dengan cerita yang berdengung
diantara renyahnya tawamu

kini aku sendiri, sepi, hanya bermimpi
di pantai onjuku yang tak kukenali
hanya suasana yang melingkari
membangkitkan ingatanku kembali:
padamu dan keputusanku
lalu aku hanya mampu membisu
karena kenangan tak bisa menyatu
demi sebuah luka baru

maafkan aku,

Selasa, 05 Agustus 2008

SENYUM YANG TERBAWA

bodohnya aku,
tinggalkan kenangan di pesisir pangandaran
membuang harapan di lereng tangkuban parahu

tololnya aku,
mengumbar janji di sudut kota Bandung
mengikat hasrat di barat Batujajar

bodoh dan tololnya aku,
semua berlalu
yang terbawa hanya senyummu
terpajang diantara bingkai masa
guratkan luka di ujung sesalku

aku memang bodoh,