Rabu, 30 Januari 2008

PADA KATA YANG TERTATA

mendesah dengan peluh yang melekat
diantara lingkaran keniscayaan
hadirnya semua sisi pada bentangan layar
gugatan takdir meracuni jejak samar
mengerucut di ujung serpihan masa silam
kesaksian menghujani ketika menyimpan luka
melumuri landainya keyakinan alam
romansa yang ditindas lalu dihisap menjelajahi warna
yang memerah terpedaya dalam ranah jiwa

alam bersabda dengan nyawa yang terinjak
menjerit seolah tertawa pada nirwana
melampaui batas yang harus diterima
karena dunia hanya rangkaian kata dan dosa
sejumput pahala dalam tong sampah
tak terpungut karena enggan untuk bersujud
mulut yang terluka dengan telinga yang bersahaja
walau mata harus lamur ketika hidung tersumbat
biarkan logika dengan nalar yang meratapi senja

merah hanyalah warna begitupun yang lainnya
lalu mengapa musti bertanya?
karena darahpun berwarna sama?
luka tak berarti duka begitupun cinta
dan mengapa harus kecewa?
karena dendam harus terbayar?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah..wah..bagus-bagus puisi na...

ni gw sempatin mapir dah....sekalian kunjungan kenegaraan...:)

mampir juga di sini

:O_^V
keep writing ...!!!