Selasa, 08 Juli 2008

CERITA HARI INI HANYA PENGULANGAN KISAH BELAKA

Usai sudah rutinitas yang setiap hari membelenggu waktuku. Tiba-tiba seorang rekan kerjaku menghampiri ruanganku, di tutupnya pintu dengan setengah berbisik, "kamu bisa bantu aku ngga?". Setengah terkejut, dengan bahasa tubuhku aku persilakan dia mengambil kursi sambil penasaran aku bertanya, "Ada apa?". Dia seolah ragu untuk berkata, "Ah, lebih baik ngga jadi deh." Aku jadi penasaran, setelah setengah hari berkutat dengan kertas, komputer dan printer, ada rasa kerinduan yang memanggil hasratku untuk habiskan waktu untuk berbicara. "Kamu ini lucu, tadi katanya mau minta tolong tapi belum juga ngomong dah bilang ngga jadi, ada apa sih?". "Jangan bikin penasaran, kemarin tetanggaku kena serangan jantung gara-gara bikin aku penasaran." Dia masih terdiam, kusetel lagu dari PC yang selalu setia menemani hari-hariku, lagu yang sama yang anehnya aku sendiri tidak pernah bosan mendengarnya. Lagu yang selalu setiap menemani waktu luangku...Porch...of course Pearl Jam...

What the fuck is this world
Running to? You didn't
Leave a message
At least I could have
Learned your voice one last time.
Daily minefield
This could be my time
How 'bout you?
Would you hit me?
Would you hit me?

All the bills go by
And initiatives are taken up
By the middle
There ain't gonna be any middle any more
And the cross I'm bearing home
Ain't indicative of my place
Left the porch
Left the porch

Hear my name
Take a good look
This could be the day
Hold my hand
Walk beside me
I just need to say...

Hear my name
Take a good look
This could be the day
Hold my hand
Lie beside me
I just need to say

What can I take?
I just want to be
I know that I would not ever touch you
Hold you
Feel you
Ever hold
Never again

Aku sendiri ngga pernah tahu arti dari lagu tersebut dan tak pernah kutemukan jawaban yang terjujur kenapa aku suka lagu tadi. Yang aku tahu, Eddie Vedder sang vokalis dalam sebuah konsernya di Seattle pernah ngomong pada penonton, "This song is about if you love someone, tell him". Tiba-tiba rekan kerjaku memecah kenikmatanku mendengar gaharnya suara Eddie Vedder.

"Mas, saya ada masalah dengan pacar saya." Lalu akhirnya diam lagi, kukecilkan volume lagu, "Koq, ngomong sama aku?".
"Karena saya ngga tahu lagi harus ngomong sama siapa."

Rekan kerjaku itu memang seorang gadis yang manis, supel dan terkadang manja. Banyak orang di kantor suka padanya, tapi karena dia sudah punya temen dekat akhirnya mundur teratur. Aku sendiri ngga begitu dekat dengannya, karena selain beda bagian juga karena kerjaan yang menumpuk membuatku tidak sempat untuk sekedar melihat-lihat ke bagian lain.

"Terus, apa yang bisa aku bantu?"
"Ngga tahu Mas, saya juga bingung mau memulainya juga?"
"Kalo kamu bingung, aku justru lebih bingung lagi, mau kamu gimana?"
"Saya cuma pengen cerita, tapi Mas janji mau dengerin dan ngga ngetawain trus juga jangan bilang sama orang lain, janji Mas!"
"Syaratnya hanya itu, gampang lah, tapi sebelum kamu mulai bercerita aku ingin tahu dulu, kenapa kamu memilih aku jadi tempat kamu bercerita?"

"Sebenarnya ga ada alasan, cuma saya perhatikan di sini yang jarang ngomong cuma Mas."
Dengan sedikit heran aku pun bertanya, "Apa hubungannya?"
Ia pun hanya tersenyum manja dan berkata, "Karena menurut yang pernah saya baca, orang yang jarang ngomong itu bisa menyimpan rahasia."

Sebuah pendapat yang entah berdasarkan literatur apa dengan lancar keluar dari mulutnya, aku sendiri sebenarnya ingin menolak karena aku ingin menikmati waktu senggangku, tapi siapa sih yang tidak mau bicara dengan perempuan secantik dia, kapan lagi. Dia biasa aku panggil Mba Icha, karena aku pikir umurnya pasti jauh lebih tua, sekitar 2 hingga 3 tahun. Penampilannya cukup modis, hal ini tentu tidak terlepas dari tugasnya sebagai frontgirl sekaligus juga operator telepon di kantor kami.


Lagi-lagi tentang cinta (Lagu cinta melulu...Apa memang karena kuping Melayu...Suka yang sendu-sendu? - lagu Cinta Melulu by Efek Rumah Kaca). Aku sendiri sering mempertanyakan kenapa cinta menjadi persoalan ketika ia dianggap sebagai mata air keindahan yang menghiasi setiap desah nafas manusia.


Sambil membenarkan posisi duduk, aku pun bertanya, "Terus gimana ceritanya?"
Dengan raut wajah yang berubah ia melanjutkan ceritanya.

"Mas, saya punya seorang teman dekat, hubungan ini sudah berjalan sekitar 1 tahun, malam minggu lalu dia tiba-tiba ngajak aku untuk, hmhmhm, Mas pasti ngertilah maksudnya".

"Terus kenapa?", tanyaku
Aku melanjutkan, "Kalo memang kamu comfort dan no problem, just do it and clear, Ok".
Raut wajahnya berubah, "Koq Mas ngomongnya gitu?"
"Jujur aja, persoalan yang kamu hadapi itu di jaman sekarang ini, masalah yang standar."
"Maksud, Mas.", dengan penuh keheranan.
"Paling juga kamu takut hamil, hilang keperawanan, belum waktunya, ngga berani, atau yang standar ekstrimnya kamu sudah pernah dengan yang lain jadi kamu takut pacarmu yang sekarang tahu, that's a standard statement, girls", sembari kuambil sebatang rokok dan menghisapnya.

"Berarti Mas sudah sering ngalami ya?"
"Hahaha, jadi kamu cuma jebak aku dong", timpalku
"Ngga juga, saya cuma kaget aja".
"Aku kasih tahu ya Mba, ratusan mungkin ribuan bahkan jutaan perempuan di dunia ini dari jaman sebelum Masehi hingga detik ini ada yang pernah ngalami situasi seperti yang kamu hadapi." Kuteguk sedikit teh yang sudah dingin sambil menarik nafas aku lanjutkan ocehanku.
"Mba, semua kejadian di dunia ini cuma pengulangan belaka, tidak ada yang baru sama sekali, yang membedakan hanya ruang, waktu dan pelaku, itu saja Mba."
Dia terdiam.

Tidak ada komentar: