Selasa, 28 Oktober 2008

HARI YANG SEMPURNA

hujan, tercurah dari langit
siang ini ketika aku menanti
datangnya sahabat sejati

kerinduan yang dalam
kehangatan nan indah
keharuan penuh kisah

semua bak hujan yang tercurah
merembesi setiap dinding
tak terkendali

sahabat, kita pernah terluka
kau tetap saja bersahaja
sahabat, kita tak sepaham
kau selalu saja bersabar

kutunggu kau di sini, meski waktu kian tak berarti
karena kau, aku belajar untuk berarti

3 komentar:

Anonim mengatakan...

kebanyakan manusia lebih gemar menanti "kau", dibandingkan menjadi "kau" seperti dalam tulisan diatas.
mungkin itu sebabnya kebanyakan manusia seringkali kecewa, dikala "kau" tidak lagi menjadi "kau" sesuai yang diharapkannya.

Anonim mengatakan...

makasih komentarnya...terkadang memang lebih enak menjadi "kau" daripada "aku".

Anonim mengatakan...

masih tentang kerinduan...
masih tentang harapan...
alow,bro...salam persahabatan dariku