Senin, 20 Oktober 2008

TERBUNUH RUTINITAS

I
Entah kenapa hari ini rasanya menjadi hari yang paling membosankan dalam hidupku. Biasanya sebatang rokok dan secangkir kopi mampu mengusir kepenatanku. Kali ini tidak. Sudah berbatang-batang rokok kuhabiskan, jenuh tetap saja sabar menunggu hariku ini. Di mejaku bertumpuk berkas-berkas kerjaan yang rasanya malas sekali untuk kusentuh. Yach, krisis global membuat kerjaanku tak pernah selesai. Mengulang kembali hitungan cost production! Dollar selalu menjadi biang kerok! Setiap kegenitannya selalu membuat aku repot, tarianmu seakan menjebak waktuku. Kau memang biadab! Waktuku tersita hanya untuk melihat pertunjukkanmu belaka. Keparat!
II
Aku mencoba mencuri waktu. Tapi jenuh ini tetap saja tak bergeming. Dan aku juga seperti tak mampu lagi melawan, pasrah pada kenyataan yang menjebak. Kucoba untuk mengingat kembali apa yang pernah kulakukan untuk membunuh jenuh. Namun, aku yakin sudah semuanya kulakukan, tak ada yang mempan. Kuputar lagu-lagu Pearl Jam dari album Ten, Versus, Vitalogy, No Code, Binaural, and more...sama saja! Lalu kucoba yang lebih suram: Alice in Chains lewat Push Me Down, Rooster, Would?, Man In The Box and more...tetap sama! Kubongkar lagi koleksi lagu dalam PC-ku, rasanya tidak berubah, tetap membosankan. Jengah!
III
Mungkin aku harus review kembali tujuan hidup dan cita-citaku. Ach, memang ngga nyambung tapi memang menarik jika kita memikirkan kembali apa makna hidup kita ini. Dari pagi berangkat ke kantor, lalu bekerja, kemudian pulang terus istirahat dan esoknya mengulang hal yang sama. Semua demi mempertahankan hidup, prestise, status sosial, jabatan dan bla, bla, bla. Semuanya tak ada yang terbawa ketika kita mati meninggalkan dunia yang fana ini. Siapapun kita yang terbawa hanyalah amal perbuatan. Semoga...Amien.




3 komentar:

santika saraswati pribadi mengatakan...

sayangnya, kita seringkali tidak menyadari, bahwa diantara aktivitas mempertahankan hidup, prestise, status sosial, jabatan dan bla, bla, bla itu ada celah-celah untuk melakukan amal baik

... dan memang tak ada yang terbawa sampai kita mati, kecuali amal baik itu ...

Anonim mengatakan...

makasih komentnya...saat kita lolos dari pembunuhan rutinitas, kita harus berlari diburu waktu untuk beramal...hidup sungguh melelahkan...! aku lelah mba...

santika saraswati pribadi mengatakan...

hahaha ... bisa jadi rutinitas menjadi begitu melelahkan karena terlalu dihayati ...

tapi itu manusiawi sekali koq ...

bagaimana kalau kita mulai mencoba menjadikan rutinitas sebagai kebutuhan?
kebutuhan untuk bersosialisai
kebutuhan untuk berinteraksi dengan dunia luar
kebutuhan untuk mendapat informasi
dan kebutuhan2 lain, seperti kebutuhan kita akan makan, dan minum ...

semangat! semangat!
kita gak sendiri!
semua orang di dunia ini pasti pernah merasa seperti itu !!!